Inspirasi Hidup – Masing-masing dari kita memiliki cara dan perjuangan sendiri dalam usaha untuk mencintai diri sendiri. Kita pun memiliki sudut pandang sendiri mengenai definisi dari mencintai diri sendiri sebagai proses untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti tulisan yang dikirim Sahabat Fimela untuk Lomba My Self-Love Matters: Berbagi Cerita untuk Mencintai Diri ini.
Kasus bunuh diri artis K-pop Choi Jin-Ri alias Sulli beberapa waktu yang lalu memang mengejutkan dunia. Lagi-lagi, depresi menjadi “setan” yang akhirnya membuat dia mengakhiri hidupnya.
Kejadian ini sekaligus menarik perhatian orang pada dunia kesehatan mental. Apakah dunia ini memang sedang krisis kesehatan mental?
Menurut data WHO (World Health Organization) tahun 2019, dalam 1 tahun, ada 800 ribu orang yang melakukan bunuh diri. Artinya, dalam 40 detik, ada 1 orang yang bunuh diri.
Di Indonesia sendiri, ada 1 orang yang melakukan bunuh diri setiap 1 jam, demikian data WHO tahun 2018. Selain itu, mengutip dari beritagar.id, sudah ada 302 kasus bunuh diri yang terjadi sepanjang Januari hingga September 2019. Data di atas menunjukkan betapa gentingnya dunia kesehatan mental, terutama depresi. Depresi adalah momok menakutkan yang membuat orang berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
Yang mengejutkan lagi, WHO memprediksi bahwa depresi akan menjadi penyakit dengan kasus terbanyak setelah penyakit jantung. Jika depresi dibiarkan begitu saja, tidak menutup kemungkinan bunuh diri akan menjadi ujung tombak keputusan seseorang.
Oleh karena itu, pembahasan tentang depresi, bunuh diri, dan dunia kesehatan mental, kembali lagi ke diri kita sendiri. Apakah kita benar-benar mencintai diri kita sendiri? Apakah kita menganggap diri kita berharga?
“Mencintai diri sendiri mungkin lebih susah daripada mencintai orang lain,” begitulah sepotong kalimat dari lagu Answer: Love Myself dari BTS. Apakah kita setuju dengan kalimat tersebut? Jawaban ada diri kita masing-masing.
Menurut saya, kita harus mencintai diri sendiri dulu sebelum mencintai orang lain, baik itu dalam hubungan asmara, persahabatan, maupun sosial. Mencintai diri sendiri bukanlah hal yang bersifat egoistik.
Saya tidak setuju jika self-love itu sama dengan egois. Jika ada garis yang menghubungkan egoisme dengan altruisme, maka self-love berada di tengah-tengahnya.
Kita dididik untuk tidak bersikap egois dan selalu mementingkan kepentingan orang lain. Kita dididik untuk membantu orang lain yang susah dan menderita. Namun, kalau kita tidak mencintai diri kita sendiri, bagaimana kita bisa terus membantu orang lain?
Misalnya, kita terus membantu orang-orang yang tidak mampu sampai-sampai kita lupa akan kesehatan sendiri, tidak makan dan tidak istirahat. Apa akibatnya? Kita jatuh sakit. Ketika sudah jatuh sakit, apa kita masih mampu membantu orang lain?
Itulah pentingnya mencintai diri sendiri. Self-love adalah garis start untuk mencintai atau membantu orang lain.
Saya kira sudah cukup pemaparan tentang self-love. Sekarang, bagaimana caranya melatih mencintai diri sendiri? Saya membagikan beberapa cara sederhana yang sudah saya terapkan dan bisa kamu coba. Sangat sederhana!